Goresan Q Kini, 18 September 2010
Hujan malam ini membawa q kembali memundurkan beberapa lapis waktu, berkelana menjelajah silam, menelusuri setapak berduri, sempit yang kotor. Masa dimana q membangun satu demi satu dinding ‘my secret sorrow’ dan selalu bersembunyi dibaliknya setiap saat. Pun ketika q mengubah diri menjadi monster dan memuja rasa sakit, yang setiap kali mengubah amarah dan gundah menjadi perih, lebam dan luka fisik, menganggap bila amarah dan gundah tersebut dapat menjadi balance dengan rasa sakit raga. Masa dimana q terombang ambing dalam perahu karam, berjuang tertatih sendirian, dan sinis terhadap dunia. Perih, dada q sakit mengingatnya, masa dimana q tiada mengenali diri q sendiri, ketika q membenci diri q sendiri, mengutuk dan jijik dengan diri q sendiri. Malam dengan hujan, malam dimana bintang bersembunyi dibalik awan hitam.
Pernah q bangkit dan berkali q kembali terpuruk karena tiada kuat topang yg q pasang. Selalu q bertanya tentang hati dan rasa sakit yang tiada mampu benar2 enyah dari pikir. Namun setiap kali pun tiada q temukan jawab, hanya menjadikan resah yang kian menjalar. Pernah q memilih beberapa hati dan berharap kali ini sungguh, namun masih q salah dan semakin terpuruk begitu dalam, sendirian pula. Dalam hitungan yang singkat semua ’ada’ dan sisanya hanya berisi hampa. Hingga q mulai berdamai dengan keadaan, q belajar untuk bercinta dengan sepi dan menyetubuhi senyap dari setiap hitungan waktu yang ada berbasis masa lalu itu. Mengumpulkan serpihan2 percaya q yg terserak bersama masa dan kepingan kepingan hati yang terlerai.
Semua biasa saja, hingga tanpa q sadari engkau mulai hadir, pun tanpa q sadari engkau mulai menemani, mengalir begitu deras mengisi relung yang telah lama q kosongkan, aq bahagia, aq menangis, aq tertawa, aq meragu, semua terlalui. Aq takjub atas semua tentangmu, hingga tanpa sadar pun q memujamu karena rasa bangga q terhadapmu. Cintamu indah, hangatmu ingin q dekap selamanya. Kau menawarkan rindu untuk q beserta segala angan dan mimpi, menyentuh hati q dengan getaran rindu yang lama q nanti. Namun terlalu indah untuk menjadi nyata, pun terlalu nyata untuk sebuah mimpi. Q meragu bukan karena q tiada percaya, hanya q meragu karena takut, ketakutan bahwa semua ini memang hanya mimpi indah yang kau tawarkan, yang kemudian membuat q terpana ketika bangun menyadari tiada pernah ada dirimu dsini, menyadari bahwa selamanya q hanya akan mendekap mimpi, karena q pun tiada akan merelakan mimpi ini berlalu begitu saja.
Yang q sebut cinta adalah ketika q rela memberikan potongan utuh kue coklat atau kue sus kesukaan q untuk dia semua karena q tahu dia pun menyukainya, merasa ikut menikmatinya melihat dia, juga ketika q terbayang dia setiap q temukan segala yang menjadi kesukaan dia, yang q sebut cinta adalah ketika q rela menunggu dia dalam apapun keadaaan q, yakin q mampu menanti dia selamanya, pun siap kemanapun adanya, menemani dia dalam apapun keadaan dia, menjadi tumpuan segala rasa yang dia rasa. Yang q sebut cinta adalah ketika setiap bangun q hanya untuk dia dan disetiap tidur q hanya dengan harapan untuk dapat kembali menemukan dia di ruang pandang dan dengar q, yang q sebut cinta adalah ketika semua lagu lagu cinta menjadi soundtrack atas rasa yang ada, pun segala indah hanya terwakili oleh dia, dimana nama lain tiada lagi berarti dan masa lalu pun tinggal hanya kisah lalu. Apalagi ??? Yang q sebut cinta adalah ketika q telah merasa cukup atas ini. Tiada lain, hanya ini, hanya dia.
Yang q sebut dengan cinta adalah yang menyandang sebagai kekasih, dan itu dia, lelaki yang kini merajai hati dan pikir q, yang menyita segala angan dan asa q, yang menjadi tujuan hidup dan pemilik raga serta mimpi2 q. Meski qt sama berangkat dari rasa sakit, tapi qt miliki satu tujuan untuk bersama sama menjemput bahagia. Bukan tiada rintang, yakin q banyak, pun beberapa uji yang harus qt lewati satu demi satu, yakin q semua akan berakhir indah. Kini
Malam dengan hujan, malam dimana bintang bersembunyi dibalik awan hitam. Namun bintang tiada pernah beranjak, dia ada dan selalu tetap hadir meski terhalang kelam awan awan pekat, menanti reda dan kembali sajikan kerling ceria. Q menikmatinya, biar hujan, biar dingin, yakin q bintang bintang masih kan menerangi malam q kala reda. Masih raga q disini tiada beranjak, meski sendiri, meski senyap, tapi tidak hati q, yang selalu denganmu.
Rindu malam kepada bintang, rindu q kepada mu, cinta.
No comments:
Post a Comment